Kemeriahan HUT-RI di Tingkat Kampung



KARANGTENGAH - Tidak adanya helaran budaya di Kabupaten Cianjur, banyak dikeluhkan berbagai pihak dan sebagian besar masyarakat Cianjur. Kemeriahan berbagai kegiatan menyambut tujuhbelasan, kini beralih ke tingkat desa dan kampung-kampung, bahkan terus digelar hingga memasuki akhir bulan Agustus. Berbagai acara hiburan dan kesenian, tak ketinggalan penampilan seni Sunda, menghibur masyarakat hingga lapisan terbawah.


Laporan: Mamat Mulyadi, Cianjur

Meskipun sudah habis bulan Agustus,  hanya tinggal menghitung hari saja hingga berakhirnya bulan bersejarah ini, antusiasme masyarakat masih terlihat begitu kental untuk memeriahkan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia (HUT-RI) ke-70. Mereka rela berkorban tenaga, pikiran, dan materi untuk berbagi kebahagiaan dalam berbagai acara perlombaan dan hiburan rakyat yang digelar. Tidak sedikit masyarakat  yang mengeluarkan  uang saku, agar bisa menyemarakkan peringatan kemerdekaan tahun ini, sebagai bagian dari mengenang jasa para pahlawan yang telah berjuang merebut kebebasan tanah air.

"Hiburan dan semarak kemerdekaan ramainya di tingkat desa dan kampung. Sangat disayangkan helaran budaya tidak diadakan tahun ini." Kata Junaedi  (50), warga Kecamatan Karangtengah.

Terpantau di lapangan, hingga hari Sabtu (29/7) kemarin masih terasa keramaian memeriahkan kemerdekaan. Misalnya di Desa Tanjungsari, Kecamatan Sukaluyu, yang memperingati HUT-RI ke-70 dengan menggelar pertunjukan budaya Pencak Silat, dan jajaran pengurus Karangtaruna Desa Sukamaju yang memeriahkannya dengan seni budaya Calung Sunda. Tak sedikit tempat-tempat lainnya yang masih menggelar berbagai perlombaan dan hiburan rakyat yang dipadukan dengan pergelaran berbagai seni budaya khas Cianjur.


"Sebenarnya sangat disesalkan kenapa helaran budaya tidak digelar tahun ini. Menurut kami, tidak ada sangkut pautnya antara pesta politik dengan helaran budaya." Cetus Yuda (54), warga Sukaluyu.

Ternyata begitu pentingnya helaran budaya di mata masyarakat Cianjur, sehingga membuat mereka bersedia untuk menggelar kemeriahan budaya sendiri sekemampuan masing-masing. Sebagian besar karena merasa bahwa helaran adalah kegiatan pelestarian budaya, dimana kesenian khas daerah mendapatkan upaya pelestarian. (**)


Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top