Bocah Pemulung Mampu Nafkahi Diri dan Keluarga

BOCAH pemulung tengan mencari barang bekas yang masih bernilai.
RENDAH tingkat ekonomi masyarakat Cianjur, jadi catatan pihak terkait di Cianjur. Hal itu terbukti dengan menjamurnya para pemulung anak di bawah umur untuk membantu menafkahi ekonomi keluarganya.

Laporan: HERLAN HERYADIE

BEBERAPA hari yang lalu, tim Radar Cianjur sempat menemui dua orang bocah yang tengah asyik memunguti sampah sisa air mineral dan kardus bekas di areal gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Cianjur.
Mereka adalah Sopian (11) dan adik kandungnya, Sandi (10). Kedua bocah yang kerap kali beroperasi di kawasan Jalan KH Abdullah bin Nuh tersebut mengaku menjadi seorang pemulung atas keinginannya untuk membantu perekonomian keluarga. Bukan atas dasar paksaan maupun tekanan.
Hingga akhirnya wartawan koran ini pun mendatangi kediaman orang tua kedua anak tersebut, Atang Komarudin (54) dan Yayah Ratnasih (45) di Kampung Leuwigoong RT 05/19 Kelurahan Pamoyanan Kecamatan Cianjur.
Setelah berbincang dengan kedua orang tuanya, ternyata tak hanya Sopian dan Sandi saja yang membantu ekonomi untuk kebutuhan keluarga. Tetapi dua anak keluarga ini juga yakni, Bani (15) dan Saepul (9) juga bekerja jadi pemulung.
Tercatat pasangan keluarga Atang memiliki delapan orang anak. Ya mereka tercatat sebagai keluarga pemulung yang dalam kesehariannya mengandalkan sampah sisa air mineral dan kardus bekas. Sampah tersebut diketahui hasil jerih payah keempat anak tangguh tersebut.
Mereka mengaku, hal tersebut mereka dilakukannya untuk membantu perekonomian keluarga. Setiap hari sepulang sekolah, mereka berburu sampah untuk selanjutnya dikumpulkan dan disetorkan pada pengepul satu bulan sekali.
"Kami melakukan ini atas kemauan sendiri. Mau bantu ibu dan bapak. Lebih baik mulung daripada harus meminta-minta," kata Sopian saat tengah mengumpulkan sisa-sisa sampah plastik.
Sementara itu, menurut Yayah, empat orang anak lelakinya itu sudah menjadi pemulung sejak kecil atas dasar kemauan mereka sendiri. Selain itu, dua anak perempuannya, yakni Hamidah (30) dan Solihat (23) sudah berkeluarga, sementara dua anak lainnya yakni Fitri (22) dan Lilis (16) lebih memilih membantu ibunya di rumah.
"Bani terkadang diajak kerja jadi tukang cuci motor untuk tambah-tambah penghasilan. Disamping mulung, mereka tetap bersekolah," ungkap Yayah.
Masih kata Yayah, keempat anaknya yang menjadi pemulung kini mau tidak mau harus melunasi biaya sebesar Rp1,2 juta untuk membayar gerobak yang mereka pakai aktivitas sehari-harinya secara berangsur.
"Katanya kalau digendong mereka sering mengeluh sakit di bagian bahunya. Karena itu kita beli gerobak untuk memudahkan. Sebulan, bayar Rp50 ribu, uangnya juga dari hasil memulung,” imbuh Yayah.(**)


Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top