Tangkap Belut Hingga Hikayat Dewi Belut


            MESKI terdengar sepele, tradisi sejumlah masyarakat pengrajin belut di Cianjur, khususnya di Kecamatan Cibeber nyatanya menginspirasi HE Supardi (58) warga Cibeber, Cianjur untuk merintis sebuah karya seni syarat nilai filosofis yang kini mulai dikenal sebagai ikon Cianjur, yakni Ngarak Posong. Tak jarang dalam setiap penampilannya, Ngarak Posong menggiring orang yang menonton ikut menari diiringi musik gending khas tanah Sunda.
            BUDAYA khas Cianjur yang kini kian dikenal masyarakat luas, yakni Ngarak Posong kembali ditampilkan pada khalayak ramai di kawasan Cibeber, pada Sabtu (28/2) kemarin pada gelaran puncak Saung Rahayat 2016. Puluhan warga tumpah ruah turun ke jalan sambil diiringi tarian dan alunan musik gending yang menggema. 
            Penggagas budaya Ngarak Posong, HE Supardi menjelaskan, Ngarak Posong yang sudah dikenal sebagai budaya ikon Cianjur kembali ditampilkan. Menurutnya,  dengan seringnya Ngarak Posong ditampilkan, seni yang digagas sejak tahun 2009 itu akan semakin dikenal masyarakat luas.
            “Selain menggambarkan proses tentang budaya masyarakat menangkap belut, banyak yang bisa kita maknai dari seni dan budaya ini. Filosofi Ngarak Posong mengajarkan kita untuk terus berada di jalan yang benar,” ungkap Supardi.
            Unsur magis yang masih melekat di kalangan masyarakat juga seolah menjadi daya tarik tersendiri yang dibungkus kearifan lokal. Selain bercerita tentang proses seseorang menuju jalan yang benar, Ngarak Posong juga tak jarang menampilkan hikayat tentang Dewi Belut yang diperankan seseorang dengan properti yang mengagumkan.
            Ditambahkan oleh Supardi, kendati kurang mendapat perhatian serius dari pemerintah, namun Ngarak Posong yang pernah ia tampilkan di pentas ASEAN itu tetap ia promosikan ke khalayak luas.
            “Yang paling antusias itu saat kami tampil ke Sukabumi dan Purwakarta. Mereka ikut menari bersama iring-iringan Ngarak Posong. Bukan tidak mungkin, kedepan bisa semakin dikenal masyarakat se-Indonesia sampai luar negeri,” imbuh Supardi.
            Informasi yang dihimpun, Ngarak Posong ini juga diketahui telah menyabet sejumlah prestasi di berbagai ajang bergengsi seperti pada ajang Kemilau Nusantara beberapa waktu lalu. Mereka juga kerap kali tampil diundang secara resmi oleh beberapa Kota/Kabupaten untuk menghibur masyarakat.
            Bahkan, Supardi selanjutnya berencana untuk membuat sebuah karya baru yang ia beri nama Siwur Gantung Milu Nimrung, berangkat dari filosofi gayung batok ala sunda yang diikolaborasikan dengan Seeng Nyengsreng, sebagai bentuk kritik sosial.
            Rekan sejawat Supardi, Richard Subianto berharap, dengan semakin dikenalnya Ngarak Posong oleh masyarakat luas, Cianjur dapat semakin berbangga memiliki seni, tradisi dan budaya Ngarak Posong yang kaya makna.

            “Dengan terus menggali dan mengembangkan potensi budaya yang ada di Cianjur tentu kita semua berharap agar Ngarak Posong ini menjadi salah satu contoh seni dan budaya khas yang patut dilestarikan,” harapnya. (*)


Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top