Menyorot Kinerja BPBD dan BNPB




Menyorot Kinerja BPBD dan BNPB
Siaga 24 Jam per Hari
 
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), seringkali hanya membuat orang teringat akan kejadian bencana dan bagaimana cara mereka menangani kejadian bencana, serta apa yang dilakukan pasca terjadinya bencana. Di luar itu, sedikit yang tahu dan peduli dengan kiprahnya.

Laporan Blacxarea, Cilaku

Memasuki halaman Kantor BPBD Cianjur yang terletak di Jalan Raya Cibeber, kesan pertama yang didapat adalah seperti memasuki sebuah kawasan garis belakang medan tempur. Berbagai peralatan penanggulangan bencana yang siap diluncurkan ke lapangan memenuhi sebagian halaman hingga ke teras dan bagian dalam ruangan-ruangan yang ada.

“Kami dituntut untuk selalu siap menghadapi kemungkinan terburuk pada saat apapun. Makanya peralatan-peralatan yang ada selalu kami pertahankan dalam kondisi siaga,” ungkap Kepala BPBD Cianjur, Asep Suparman, kepada Radar Cianjur.

Mantan Camat Mande yang sebelumnya juga sempat memegang jabatan serupa di Naringgul dan Kadupandak ini, menjelaskan pula bahwa sebenarnya BPBD bekerja setiap hari, tanpa harus menunggu terjadinya bencana.

“Setiap hari kami selalu bersiaga, dan memantau setiap perkembangan yang ada. Cianjur ini ada di angka siaga bencana tertinggi dibanding kabupaten-kabupaten yang lain di seluruh Indonesia,” tambahnya.
Menepis anggapan bahwa BPBD hanya diperlukan saat terjadi musibah, Asep mengatakan bahwa ia bersama jajarannya sebenarnya adalah badan yang paling waspada dibanding pihak lainnya, karena setiap hari harus siap tanggap melakukan langkah-langkah antisipasi, merencanakan dan melatih tenaga, jauh sebelum bencana benar-benar terjadi.

“Kami berkoordinasi dengan banyak lembaga lain seperti Pramuka dan dinas-dinas terkait agar selalu siap kapan saja. Setiap kali ada informasi yang masuk tentang kejadian bencana, di lokasi manapun dan pada waktu kapanpun, akan segera kami tindaklanjuti, terlepas dari benar atau tidaknya informasi tersebut,” tambah Asep lagi.

Karena kondisi tersebut, tak jarang Asep dan jajarannya bergerak cepat ke lokasi yang dilaporkan, meski kabar tentang bencana tersebut merupakan kabar iseng atau bohong. Ia mencontohkan tentang isu terjadinya longsor di Cipanas yang membuat para relawan di bawah koordinasinya menyusuri jalur jalan Cipanas hingga ke perbatasan Kabupaten Bogor.

“Saya tekankan kepada jajaran relawan bahwa lebih baik kami siaga daripada menunggu bencana benar-benar terjadi. Makanya, sekecil apapun informasi, akan langsung kami tindaklanjuti ke lapangan. Walaupun laporannya tidak benar. Daripada menunggu terjadi dan lebih merepotkan,” ujarnya.

Dalam kesiagaan itu, menurut Asep, tak jarang masyarakat dan banyak lembaga lain salah paham tentang hal-hal apa saja yang menjadi bagian dari tanggungjawab BPBD dan BNPB, terutama setelah terjadinya bencana. Dalam hal ini, pembangunan ulang wilayah yang terkena bencana seringkali ditimpakan tanggungjawabnya kepada BPBD dan BNPB. Padahal, menurutnya, peran terpenting kedua badan tersebut adalah sebagai layanan darurat untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang terkena bencana.

“Lebih ke mobilisasi warga yang terkena bencana dan penyediaan logistik. Kalau sebuah daerah terkena bencana, otomatis aktivitas warga terganggu, mereka tidak bisa memenuhi kebutuhan standar hidup, dan kami bergerak untuk menyediakan itu, misalnya membuka dapur umum dan menyediakan tenda-tenda pengungsian, sarana dan tenaga kesehatan, dan lain-lain,” ungkapnya.

Adapun kondisi pasca bencana dan rehabilitasi lokasi, menurutnya, bukan merupakan bagian dari tugas dan wewenang BPBD dan BNPB lagi, melainkan kewajiban dan tanggungjawab badan dan dinas lainnya.

“Misalnya pembangunan ulang jembatan yang roboh. Kami di BPBD hanya melakukan tindakan koordinatif untuk melakukan hal tersebut. Urusan teknisnya itu ada di dinas lain,” tutupnya seraya menyampaikan beberapa rancangan program BPBD Cianjur yang akan dilaksanakan pada beberapa waktu mendatang.


Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top