Radar Cianjur »
cianjur cerdas
»
Terinspirasi Kartu Domino, Mudah Dimainkan
Terinspirasi Kartu Domino, Mudah Dimainkan
Posted by Radar Cianjur on Senin, 27 Februari 2017 |
cianjur cerdas
UTAK-ATIK ANGKA: Niken memperlihatkan flow card ciptaannya di lobi Sekolah.
Niken Dewi Hastari, Guru Matematika Pembuat Permainan Edukasi FlowCard
Permainan edukasi karya Niken ini melatih siswa SD untuk mencoba berbagai pola operasi dasar matematika. Mulai tambah, kurang, bagi, hingga kali. Anak-anak pun sangat menikmatinya.
FIRMA ZUHDI AL FAUZI
---
DENGAN cekatan, Niken Dewi Hastari mengocok setumpuk kartu di tangannya. Tak berbeda seperti saat mengocok kartu domino atau remi. Kartu berukuran 4 x 6 sentimeter yang dimainkan itu disebut flow card. Pemainnya bermain bergiliran sesuai urutan. Sangat mirip dengan domino karena memang diadopsi dari permainan domino. Hanya, ukuran kartu diperbesar agar memudahkan dalam bermain.
"Sini ikut bermain," ajak Niken kepada Jawa Pos saat ditemui di lobi SD Islam Kreatif Mutiara Anak Sholeh pada Sabtu (18/2). Pada flow card itu, terdapat dua bagian dalam satu permukaan kartu yang bertulisan angka. Bagian atas dan bawah dipisahkan dengan garis. Bedanya dengan domino, pada kartu flow card tersebut, ada tambahan tanda di bagian bawah dan atas. Yakni, tanda kali (x), bagi (:), kurang (-), dan tambah (+). "Tanda-tanda itulah yang menjadi inti pada permainan tersebut sebagai pembelajaran matematika," terangnya.
Niken mencontohkan, bila kartu yang dibuka di tengah para pemain tertulis angka dua dan empat, pemain yang mendapat giliran harus mengoperasikan dua angka tersebut. Bisa dengan membagi, mengurangi, mengalikan, atau menjumlahkan.
"Misalnya, kalau ditambahkan, itu berati 4+2 = 6. Nah, pemain yang saat itu mendapat giliran harus mengeluarkan angka 6," ujar Niken. Jika tidak punya angka 6 pada kartu yang dipegang, pemain harus mencari kartu lain hasil olahan 4 dan 2 yang dimiliki. Misalnya, mengalikan 4 dan 2 sehingga menghasilkan angka 8. Bisa juga, mengurangkan 4 dengan 2 sehingga hasilnya dua.
"Kalau pemain punya hasil angka dari itu, kartu tersebut dikeluarkan," lanjutnya. Dengan demikian, pemain harus jeli dan cepat mengoperasikan angka yang muncul dari kartu dengan melihat segala kemungkinan. "Pada setiap kartu yang muncul, akan ada banyak jawaban (angka, Red) dan banyak alternatif kartu yang bisa dikeluarkan pemain," terang guru kelahiran Sidoarjo, 6 Desember 1990, itu. "Di situlah letak pembelajaran matematikanya," sambungnya.
Pemain yang mendapat giliran, tapi tidak memiliki semua angka hasil dari pengoperasian matematika, dirinya harus merelakan satu kartunya untuk "dimatikan". Dalam permainan domino, biasanya disebut harus menutup kartu. Yang ditutup harus angka terkecil agar hitungan total di akhir permainan bisa sekecil-kecilnya. "Yang kartunya habis lebih dulu dan tidak nutup sama sekali, itu sudah jelas menang," kata warga asli Desa Keboharan, Kecamatan Krian, tersebut.
Agar tidak terlalu menyulitkan pemain, Niken mendesain angka tertinggi dalam flow card, yakni 81. Angka 81 itu jadi jawaban dari perkalian 9 x 9. "Angka terbesar itu tertulis di kartu bersama dengan angka 9. Jadi, dalam satu kartu, tertulis angka 81 dan 9," terangnya.
Niken menjelaskan, memang tidak semua jawaban hasil pengoperasian matematika tersedia di dalam kartu. Misalnya, angka 81 dan 9. Di seluruh kartu, tidak ada angka hasil jawaban dari perkalian 81 dengan 9. "Tak hanya itu, angka hasil perkalian angka-angka besar di atas 9 x 9 juga tidak terdapat di kartu. Misalnya, angka 63 dan 7. Jika dikalikan, angkanya jadi ratusan. Karena itu, pemain harus mencari alternatif lain dengan membagi atau mengurangkannya," paparnya.
Selain desain kartu flow card ungu dan hijau yang dibuat sendiri, Niken mendesain kartu flow card yang sangat mirip dengan domino. Dia menggunakan warna kuning, hitam dan merah. Jumlah angkanya pun ditunjukkan dengan bulatan-bulatan seperti pada domino. Bedanya, jika semua bulatan pada kartu domino berwarna merah, terdapat bulatan hitam di flow card ciptaannya.
"Bulatan merah itu menunjukkan angka satuan. Misalnya, ada tiga bulatan, ya itu berarti angka tiga," tutur lulusan SMAN 1 Krian pada 2009 tersebut. "Kalau bulatan hitam itu menunjukkan (satuan) puluhan, bulatan tiga hitam tersebut berarti menunjukkan angka 30," lanjutnya.
Siswa tinggal memilih mau menggunakan kartu yang mana untuk bermain. Hanya desainnya yang berbeda. Cara mainnya sama. Yang ingin disampaikan Niken, kesan domino yang identik dengan judi bisa hilang. Ternyata, permainan yang kerap dilabeli buruk tersebut bisa jadi alat pembelajaran yang menyenangkan.
"Ngajarin (permainan flow card) kepada anak-anak nggak sulit, kok. Diajari sambil diajak main sekali dua kali, mereka sudah bisa," ungkapnya. Permainan itu lahir pada Januari lalu. Dia terinspirasi saat melihat banyak orang yang suka bermain domino. Anak-anak juga pasti suka. Karena itu, dia berpikir untuk membuat domino sebagai media edukasi. "Buka-buka YouTube juga, apa aja sih permainan matematika itu," ceritanya.
Kini setiap jam istirahat, anak didiknya berebut bermain flow card. "Setelah ini mau cetak lagi biar makin banyak yang bisa bermain," jelasnya. Lulusan S1 Pendidikan Matematika Universitas PGRI Adi Buana Surabaya pada 2013 itu menyampaikan bahwa flow card masih bisa dikembangkan. Lantaran konsep saat ini masih untuk pembelajaran SD, yang Niken bubuhkan hanya perkalian, pembagian, pengurangan, dan penjumlahan. Tujuannya, siswa tidak terlalu sulit memainkannya. Namun, jika ingin digunakan untuk pembelajaran SMP hingga SMA, tandanya bisa ditambah akar atau kuadrat. "Angkanya juga bisa diganti pakai desimal biar lebih sulit," tandasnya.
Itu bukan kali pertama Niken membuat permainan matematika. Sebelumnya, dia membuat permainan edukasi untuk membantu anak melakukan penjumlahan dan pengurangan dengan tanda minus di depan angka. Alat tadi terbuat dari styrofoam. Dalam styrofoam tersebut, ada dua kolom. Yakni, kolom dengan tanda plus dan minus. Misalnya, ada pertanyaan -5 + 3 = ... Jadi, angka -5 dimasukkan ke kolom minus. Lantaran ada tanda minus diangka tersebut, angka 3 dimasukkan di kolom plus. Lalu, angka terbesar dikurangi angka terkecil dan hasilnya ditambahkan tanda minus di depannya.
"Dulu kan (dalam pembelajaran) kalau ada minus itu disebut utang. Misalnya, utang lima dibayar tiga, hasilnya masih utang dua. Daripada disebut utang, mending pake tabel itu saja," katanya, lantas tersenyum. Niken bertekad terus membuat permainan edukasi yang mendukung pembelajaran matematika. (*/c16/pri)
Niken Dewi Hastari, Guru Matematika Pembuat Permainan Edukasi FlowCard
Permainan edukasi karya Niken ini melatih siswa SD untuk mencoba berbagai pola operasi dasar matematika. Mulai tambah, kurang, bagi, hingga kali. Anak-anak pun sangat menikmatinya.
FIRMA ZUHDI AL FAUZI
---
DENGAN cekatan, Niken Dewi Hastari mengocok setumpuk kartu di tangannya. Tak berbeda seperti saat mengocok kartu domino atau remi. Kartu berukuran 4 x 6 sentimeter yang dimainkan itu disebut flow card. Pemainnya bermain bergiliran sesuai urutan. Sangat mirip dengan domino karena memang diadopsi dari permainan domino. Hanya, ukuran kartu diperbesar agar memudahkan dalam bermain.
"Sini ikut bermain," ajak Niken kepada Jawa Pos saat ditemui di lobi SD Islam Kreatif Mutiara Anak Sholeh pada Sabtu (18/2). Pada flow card itu, terdapat dua bagian dalam satu permukaan kartu yang bertulisan angka. Bagian atas dan bawah dipisahkan dengan garis. Bedanya dengan domino, pada kartu flow card tersebut, ada tambahan tanda di bagian bawah dan atas. Yakni, tanda kali (x), bagi (:), kurang (-), dan tambah (+). "Tanda-tanda itulah yang menjadi inti pada permainan tersebut sebagai pembelajaran matematika," terangnya.
Niken mencontohkan, bila kartu yang dibuka di tengah para pemain tertulis angka dua dan empat, pemain yang mendapat giliran harus mengoperasikan dua angka tersebut. Bisa dengan membagi, mengurangi, mengalikan, atau menjumlahkan.
"Misalnya, kalau ditambahkan, itu berati 4+2 = 6. Nah, pemain yang saat itu mendapat giliran harus mengeluarkan angka 6," ujar Niken. Jika tidak punya angka 6 pada kartu yang dipegang, pemain harus mencari kartu lain hasil olahan 4 dan 2 yang dimiliki. Misalnya, mengalikan 4 dan 2 sehingga menghasilkan angka 8. Bisa juga, mengurangkan 4 dengan 2 sehingga hasilnya dua.
"Kalau pemain punya hasil angka dari itu, kartu tersebut dikeluarkan," lanjutnya. Dengan demikian, pemain harus jeli dan cepat mengoperasikan angka yang muncul dari kartu dengan melihat segala kemungkinan. "Pada setiap kartu yang muncul, akan ada banyak jawaban (angka, Red) dan banyak alternatif kartu yang bisa dikeluarkan pemain," terang guru kelahiran Sidoarjo, 6 Desember 1990, itu. "Di situlah letak pembelajaran matematikanya," sambungnya.
Pemain yang mendapat giliran, tapi tidak memiliki semua angka hasil dari pengoperasian matematika, dirinya harus merelakan satu kartunya untuk "dimatikan". Dalam permainan domino, biasanya disebut harus menutup kartu. Yang ditutup harus angka terkecil agar hitungan total di akhir permainan bisa sekecil-kecilnya. "Yang kartunya habis lebih dulu dan tidak nutup sama sekali, itu sudah jelas menang," kata warga asli Desa Keboharan, Kecamatan Krian, tersebut.
Agar tidak terlalu menyulitkan pemain, Niken mendesain angka tertinggi dalam flow card, yakni 81. Angka 81 itu jadi jawaban dari perkalian 9 x 9. "Angka terbesar itu tertulis di kartu bersama dengan angka 9. Jadi, dalam satu kartu, tertulis angka 81 dan 9," terangnya.
Niken menjelaskan, memang tidak semua jawaban hasil pengoperasian matematika tersedia di dalam kartu. Misalnya, angka 81 dan 9. Di seluruh kartu, tidak ada angka hasil jawaban dari perkalian 81 dengan 9. "Tak hanya itu, angka hasil perkalian angka-angka besar di atas 9 x 9 juga tidak terdapat di kartu. Misalnya, angka 63 dan 7. Jika dikalikan, angkanya jadi ratusan. Karena itu, pemain harus mencari alternatif lain dengan membagi atau mengurangkannya," paparnya.
Selain desain kartu flow card ungu dan hijau yang dibuat sendiri, Niken mendesain kartu flow card yang sangat mirip dengan domino. Dia menggunakan warna kuning, hitam dan merah. Jumlah angkanya pun ditunjukkan dengan bulatan-bulatan seperti pada domino. Bedanya, jika semua bulatan pada kartu domino berwarna merah, terdapat bulatan hitam di flow card ciptaannya.
"Bulatan merah itu menunjukkan angka satuan. Misalnya, ada tiga bulatan, ya itu berarti angka tiga," tutur lulusan SMAN 1 Krian pada 2009 tersebut. "Kalau bulatan hitam itu menunjukkan (satuan) puluhan, bulatan tiga hitam tersebut berarti menunjukkan angka 30," lanjutnya.
Siswa tinggal memilih mau menggunakan kartu yang mana untuk bermain. Hanya desainnya yang berbeda. Cara mainnya sama. Yang ingin disampaikan Niken, kesan domino yang identik dengan judi bisa hilang. Ternyata, permainan yang kerap dilabeli buruk tersebut bisa jadi alat pembelajaran yang menyenangkan.
"Ngajarin (permainan flow card) kepada anak-anak nggak sulit, kok. Diajari sambil diajak main sekali dua kali, mereka sudah bisa," ungkapnya. Permainan itu lahir pada Januari lalu. Dia terinspirasi saat melihat banyak orang yang suka bermain domino. Anak-anak juga pasti suka. Karena itu, dia berpikir untuk membuat domino sebagai media edukasi. "Buka-buka YouTube juga, apa aja sih permainan matematika itu," ceritanya.
Kini setiap jam istirahat, anak didiknya berebut bermain flow card. "Setelah ini mau cetak lagi biar makin banyak yang bisa bermain," jelasnya. Lulusan S1 Pendidikan Matematika Universitas PGRI Adi Buana Surabaya pada 2013 itu menyampaikan bahwa flow card masih bisa dikembangkan. Lantaran konsep saat ini masih untuk pembelajaran SD, yang Niken bubuhkan hanya perkalian, pembagian, pengurangan, dan penjumlahan. Tujuannya, siswa tidak terlalu sulit memainkannya. Namun, jika ingin digunakan untuk pembelajaran SMP hingga SMA, tandanya bisa ditambah akar atau kuadrat. "Angkanya juga bisa diganti pakai desimal biar lebih sulit," tandasnya.
Itu bukan kali pertama Niken membuat permainan matematika. Sebelumnya, dia membuat permainan edukasi untuk membantu anak melakukan penjumlahan dan pengurangan dengan tanda minus di depan angka. Alat tadi terbuat dari styrofoam. Dalam styrofoam tersebut, ada dua kolom. Yakni, kolom dengan tanda plus dan minus. Misalnya, ada pertanyaan -5 + 3 = ... Jadi, angka -5 dimasukkan ke kolom minus. Lantaran ada tanda minus diangka tersebut, angka 3 dimasukkan di kolom plus. Lalu, angka terbesar dikurangi angka terkecil dan hasilnya ditambahkan tanda minus di depannya.
"Dulu kan (dalam pembelajaran) kalau ada minus itu disebut utang. Misalnya, utang lima dibayar tiga, hasilnya masih utang dua. Daripada disebut utang, mending pake tabel itu saja," katanya, lantas tersenyum. Niken bertekad terus membuat permainan edukasi yang mendukung pembelajaran matematika. (*/c16/pri)
Populer
-
JAKARTA-Pendiri sekaligus Ketua Umum Museum Rekor Indonesia (Muri) Jaya Suprana memberikan penghargaan kepada MPR karena dinilai be...
-
ATLETICO Madrid melangkah ke semifinal Liga Champions usai menyingkirkan sang juara bertahan, FC Barcelona. Pada laga di Vicente Cal...
-
24 Tewas Lainnya Tewas PIHAK militer Filipina terus menekan Kelompok Abu Sayyaf yang berada di Pulau Basilan. Menuruty lansiran s...
-
BANDUNG-Manajer Persib, Umuh Muchtar menyampaikan simpati kepada bocah yang menjadi korban tabrak lari, Ridho Maulidin Sukarna (5) ...
-
PETUGAS BNNK tes urine siswa SMAN 1 Ciranjang. CIANJUR-Antisipasi bahaya penyalahgunaan narkoba di kalangan pelajar dan di lingkungan s...
-
JAKARTA-Anak Presiden pertama Indonesia Soekarno, Rachmawati Soekarnoputri menyatakan, kasus dugaan penghinaan terhadap lambang ne...
-
USAI sudah teka-teki semifinal liga paling bergengsi di benua biru, setelah empat tim terbaik memastikan diri dengan menyingkirkan lawan...
-
CHRISTIAN Benteke mengaku sangat bahagia berada di Liverpool. Untuk itu dia tidak berniat hengkang dari tim yang bermarkas di Anfield...
Tidak ada komentar: