Kabur dari Penampungan, Empat TKW Nyasar ke Cianjur

EMPAT calon tenaga kerja asal Nusa Tenggara Timur saat mengadu ke kantor Astakira Pembaruan Cianjur di Ciranjang

CIANJUR-Empat gadis remaja asal Nusa Tenggara Timur, nekat menaiki tembok setinggi tiga meter untuk kabur dari sebuah tempat penampungan tenaga kerja di Kacang Timur, Tangerang, akhir pekan kemarin.

Keempatnya yakni yakni Ningsih (19), Apli (20), Sulastri (19), dan Susan (21). Mereka mengendap naik ke tembok dan turun melalui pohon jambu untuk kemudian berjalan hingga sampai ke jalan tol.
Mereka nekat melarikan diri karena merasa tertipu akan dipekerjakan ke Malaysia namun hingga satu bulan belum juga berangkat.

“Di jalan tol kami bertemu dengan seorang sopir taksi, kami sempat dibawa ke rumahnya karena sopir taksi merasa kasihan kepada kami,” kata Apli (20) gadis yang diketahui warga Sumba, Nusa Tenggara Timur, saat mengunjungi DPC Astakir Cianjur, kemarin.

Apli mengatakan di tempat tersebut juga mereka kadang dibatas saat diberi makan. Pagi hari mereka hanya makan sayur, siang dan sore baru dapat nasi. Untuk minum pun mereka harus beli tak boleh memasak air memakai gas.

“Kami sudah tak tahan dan ingin pergi karena kami merasa dibohongi,” kata Apli.
Ia mengatakan sponsor tersebut semula datang ke kampung-kampung menawarkan pekerjaan petugas kebersihan di Malaysia dengan gaji Rp3 juta. Mereka juga sempat dimintai uang Rp1 juta untuk ongkos. Lantas mereka diterbangkan ke Tangerang. Dengan dalih sedang dibuatkan administrasi surat mereka disuruh untuk menunggu.

“Di sana banyak sekali perempuan calon tenaga kerja, rumahnya tiga lantai, kami diberi piket setiap harinya ada yang mengepel, menyapu, masak, sampai berjaga,” kata Ningsih yang juga warga NTT.
Lanjut ia mengatakan ada sekitar 60 wanita di penampungan tersebut dari berbagai daerah.
“Sukabumi dan Cianjur juga ada, mereka masih ada di sana,” katanya.

Menurut Ningsih mereka rata-rata masih muda, namun mereka melihat beberapa di antaranya ada yang sudah lanjut usia juga. Mereka mengatakan ada yang sudah tinggal setahun di penampungan tersebut dan tak berangkat juga. Mereka kompak untuk kabur dari penampungan tersebut dengan alasan khawatir bernasib sama dengan mereka yang sudah tinggal bertahun-tahun.
“Kami kabur hari Jumat (25/8) sekitar pukul 01.00 WIB,” katanya.

Ningsih bersama temanya membawa baju dan berhasil keluar tanpa diketahui penjaga keamanan penampungan. Setelah berhasil dengan kondisi terengah di sepinya kawasan Tangerang menjelang subuh mereka berhasil memasuki kawasan tol. Sekitar tiga kilometer dari penampungan. Lalu mereka ditolong oleh seorang sopir taksi.
“Dari rumah sopir taksi di kawasan Tangerang, kami dijemput teman ibu bernama Abang Abe,” ujar Nya.

Mereka lantas bertolak menuju Cikalongwetan. Belakangan diketahui seorang keluarga mereka langsung mengontak seorang teman yang tinggal di Cikalongwetan, Kabupaten Bandung Barat.
“Saya jemput mereka dari rumah sopir taksi, lalu saya menunggu kabar dari orangtua untuk mempersiapkan tiket kepulangan mereka,” kata Abe (40).

Ia mengatakan kedatangannya ke Asosiasi Tenaga kerja Indonesia Perubahan untuk melaporkan dugaan-dugaan ketidakwajaran yang diterima oleh para calon tenaga kerja. Ketua Astakira Pembaruan Cianjur Hendri Prayoga, mengaku prihatin dengan perilaku yang didapat oleh para calon tenaga kerja tersebut. Pihaknya akan berusaha mengonfirmasi beberapa hal kepada perusahaan yang terdapat di Tangerang tersebut.

“Tentu sangat prihatin dengan kejadian seperti ini, masih ada perusahaan yang memperlakukan calon tenaga kerja seperti ini,” katanya.(dil)


Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top