Kisah Pejuang Kemerdekaan di Takokak Cianjur
Posted by Radar Cianjur on Jumat, 24 Agustus 2018 |
Cianjur Raya
 |
SAKSI SEJARAH: Sersan Mayor TNI (Purn) Atjep Abidin sedang membersihkan makam pejuang di Takokak, yang jadi korban Belanda.
|
TAKOKAK-Keberadaan pasukan Belanda di Takokak ternyata tidak lebih banyak dari pejuang kemerdekaan pada 1947. Di wilayah Hutan Takokak, pasukan Belanda hanya datang menggunakan truk untuk membawa tawanan ke Puncak Bungah lalu dieksekusi.
Sersan Mayor TNI (Purn) Atjep Abidin salah satu pejuang veteran yang saat itu pernah berhadapan dengan para penjajah menceritakan kondisi saat itu yang sangat mencekam. Ia pun terpaksa membakar kediamannya sendiri daripada harus ditempati oleh para penjajah Belanda untuk dijadikan pos.
“Belanda di sini tidak banyak, mereka hanya untuk mengeksekusi saja tapi di Nyalindung yang banyak Belandanya,” papar Ketua Legiun Veterean Republik Indonesia (LVRI) Kecamatan Takokak ini.
Jumlah pejuang nampak lebih banyak daripada penjajah. Namun jumlah yang banyak itu bukan untuk melakukan perlawanan melainkan berjalan beriringan untuk menjalani proses eksekusi. Semuanya dibawa ke Gunung Malang dan sebagian disebar ke empat titik lainnya.
Dalam kondisi mencekam, pria yang biasa disapa Abidin ini pernah beberapa kali menghindar dari kejaran penjajah. Tempat pelariannya pun tak ditentukan, terkadang di hutan dan terkadang di lereng gunung.
Pada waktu itu, Abidin pernah bersembunyi di Gunung Butak selama seminggu dengan mengandalkan makanan dan minum dari alam untuk bertahan hidup.
“Waktu itu pernah bersembunyi di lubang air selama seminggu, karena saat itu dikepung oleh Belanda dan keluar hanya sesekali untuk makan yang diambil dari perkebunan singkong,” jelasnya.
Tanpa dimasak ataupun diolah, singkong pun dimakan dengan mentah dan itu dilakukan selama seminggu dengan kondisi lubang air yang dingin namun tetap ditahan agar bisa bertahan dari kejaran Belanda.
Pada 1985, Abidin yang tergabung dalam Regu Satu Siliwangi melakukan patroli di Takokak dan mendapatkan laporan dari beberapa masyarakat sekitar mengenai penemuan beberapa tulang berulang pejuang yang pernah dieksekusi oleh Belanda. Ia segera meninjau serta melakukan pengumpulan tulang-tulang pejuang itu untuk dikebumikan dengan layak.
Di tahun yang sama, pembangunan Tugu Pahlawan dilakukan. Sederhana dengan warna putih dan merah yang menyerupai orange, tugu dengan gambar bintang berdiri. Puluhan makam pun segera dibangun berbarengan dengan penguburan tulang belulang.
71 tahun sudah tragedi Takokak itu terkubur bersama dengan jasad para pahlawan yang kini membisu di antara batu nisan tanpa nama, 71 makam yang kini menjadi cerita turun temurun tentang perjuangan melawan penjajah Belanda.
“Bagi saya kemerdekaan sekarang ini menjadi momentum yang berharga, di masa sekarang bisa lebih menghargai dan mengenang semua jasa pahlawan dan memperhatikan seperti Tugu Pahlawan Takokak ini,” tuturnya.
Dirinya berharap, pemerintah bisa memperhatikan makam pahlawan di Takokak ini, sehingga bisa terawat dan bisa dikunjungi sebagai salah satu wisata sejarah.(kim)
Tidak ada komentar: