PCNU: Tawuran Bukan Budaya Indonesia

Kesenjangan Pendidikan Jadi Penyebab

CIANJUR – Menanggapi semakin maraknya fenomena tawuran antar pelajar yang tak jarang menimbulkan korban jiwa, serta beberapa kenakalan remaja lainnya, Ketua Tanfidziah Nahdlatul Ulama (NU) Kabupaten Cianjur, KH Choirul Anam berpendapat, banyak faktor yang mendorong para remaja untuk melakukan tindakan-tindakan kenakalan remaja tersebut.
Menurutnya, kesenjangan dalam hal pendidikan menjadi salah satu faktor penyebab runtuhnya moralitas para penerus bangsa. Pendidikan agama yang mencakup pendidikan akhlak, aqidah, fiqih, sejarah, serta pelajaran lainnya hanya membahas secara umum, tidak terfokus bagaimana membentuk karakter.
“Bayangkan saja, mata pelajaran pendidikan agama di sekolah umum dalam satu minggu hanya memiliki durasi waktu dua jam pelajaran. Kalaupun dibahas itu hanya secara general, cangkangnya saja, tidak secara mendalam,” ungkap Anam yang ditemui di sekretariat PCNU Kabupaten Cianjur, Jalan Perintis Kemerdekaan, kemarin (2/9).
Masih kata Anam.  Di era keterbukaan dan kecanggihan informasi ini, pendidikan tidak melulu  harus secara kaku membahas dalam konteks sudut pandang agama saja, namun dalam hal  pembentukan karakter juga perlu ditanamkan sejak dini. Bukan hanya mengasah dari segi intelektualitasnya saja, tapi pembentukan kecerdasan emosional dan spiritual juga perlu diasah.
“Sekarang tontonannya di televisi saja sudah tidak mendidik, nilai edukasinya rendah. Tidak seperti yang diajarkan oleh para Founding Fathers kita tentang Nation Character Building. Contoh dari penggalan lagu Indonesia Raya. Bangunlah dulu jiwannya, lalu bangunlah badannya. Itu harusnya bisa menjadi sebuah landasan karakter yang kuat,” imbuhnya.
Anam berharap agar semua pihak yang turut terlibat, khususnya para orang tua dan sekolah lebih berperan aktif dalam membentuk karakter dan ketahanan moral para remaja, khususnya di Kabupaten Cianjur.
“Lihat bagaimana kontrol orang tua terhadap anak. Karena pembentukan karakter berawal dari pendidikan awalnya, yakni di keluarga. Sejatinya sebuah keluarga itu saqinah, membawa kedamaian dan ketentraman hati,” tutup Choirul Anam. (cr2)

            


Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top