Radar Cianjur »
»
Teror dan Korupsi
Teror dan Korupsi
Posted by Radar Cianjur on Senin, 18 Januari 2016 |
Dengan terjadinya aksi
bom di Jakarta minggu lalu, paling tidak menjadikan kita semakin sadar dan
paham, ternyata masih ada pihak-pihak atau kelompok-kelompok yang ingin mengekspresikan
dirinya dengan cara-cara yang semacam itu. Cara-cara yang diyakini sebagai
bagian dari perjuangan atau sebagai bentuk ketidaksetujuannya terhadap sistem
yang berlaku, atau ada tujuan-tujuan lain yang tidak dapat kita terjemahkan. Tentu
saja, aksi bom itu membahayakan bagi orang-orang yang ada di sekitarnya dan
menjadi ancaman untuk keamanan suatu negara. Namun, bisa juga aksi bom itu
menjadi peringatan bagi kita semua. Terutama kepada pemimpin dan penyelenggara
negara. Peringatan, agar negara harus terus meningkatkan sistem keamanannya.
Menegakkan supremasi hukum. Menunjukkan kepada masyarakat, bahwa pemimpin
benar-benar taat hukum. Minyak dan api, seperti kekecewaan dengan perlawanan, adalah
erat hubungannya. Dimana pemimpin sudah tidak memperlihatkan keteladanannya,
dalam penegakan hukum terjadi tebang pilih dan kondisi ekonomi yang tidak juga
membaik, maka akan melahirkan “percikan-percikan api” di tengah masyarakat.
Keluhan dan kekecewaan itu, tak terobati. “Percikan-percikan api” tersebut
akhirnya ada yang mengkoordinir dan ada yang mendanai, sehingga menjadi
kekuatan yang lebih besar. Bukan hanya di dalam negeri, tapi juga sampai ke
beberapa negara. Aksi bom seperti itu, sudah terjadi ke sekian kalinya dalam
rentang waktu tertentu. Pengejaran terhadap kelompok-kelompok yang dianggap
mengganggu keamanan negara terus dilakukan. Kelompok-kelompok baru terus
bermunculan. Ada pengamat yang mengatakan, bahwa yang harus kita tangani dan
atasi, bukan hanya pelakunya, tapi juga ideologi yang mereka yakini. Ideologi
yang dianggap bertentangan dengan ideologi negara, sebaiknya dihadapi dengan
pendekatan-pendekatan yang persuasif dan edukatif. Kenapa banyak
ideologi-ideologi baru bermunculan? Mungkin itu adalah dampak dari proses
pengembangan pola pikir dari setiap warga negara. Sehingga lahir paham-paham
yang tujuannya dapat membawa perubahan. Paham-paham yang dianggap
berseberangan, tidak dapat menembus wilayah kekuasaan dan tidak masuk ke dalam
undang-undang. Untuk mengamandemen undang-undang saja, diperlukan proses yang
panjang. Kuncinya ada di tangan anggota dewan dan partai politiknya.
Suara-suara yang benar-benar bertujuan ingin membawa perubahan sekalipun,
apabila tidak dekat dengan pimpinan parpol dan anggota dewannya, akan sulit
untuk mengusulkan revisi undang-undang. Apalagi dengan kelompok-kelompok yang
jelas-jelas menentang pemerintah yang sedang berkuasa. Mereka dianggap akan
mengacaukan negara. Aksi bom di Jakarta yang lalu itu, membuat kita terus mawas
diri dan introspeksi.
Di tengah ramainya
berita aksi bom, kita disuguhi dengan aksi korupsi anggota DPR RI Komisi V,
Damayanti Wisnu Putranti, yang tertangkap tangan oleh KPK. Ditambah lagi dengan
terjadinya perang mulut antara wakil ketua DPR, Fahri Hamzah dan penyidik KPK,
yang masuk melakukan pemeriksaan ke ruang DPR dengan membawa senjata laras
panjang. Anggota DPR, memang bukan teroris, tapi penyidik KPK membawa senjata
itu, sudah mendapat ijin dan perintah yang resmi. Korupsi yang dilakukan oleh
anggota DPR, tidak ada hentinya. Mestinya, yang tanpa henti itu adalah
kerja-kerja nyata yang sudah mereka buktikan dan dapat dirasakan oleh rakyat.
Selain kerja nyata, pola hidup dan kesederhanaan anggota DPR sudah menjadi
tuntutan. Sikap empati mereka terhadap kondisi rakyat yang rata-rata hidup
dengan tingkat ekonomi lemah, sangat dibutuhkan. Anggota DPR itu adalah orang
yang terhormat yang telah mendapat kepercayaan dari rakyat. Mereka adalah orang
yang terpilih sebagai wakil rakyat yang akan memperjuangkan kepentingan rakyat
dan tentu sangat ironis jika mereka terpilih dengan cara-cara yang melanggar
hukum. Jika anggota DPR itu melakukan tindak korupsi, kepentingan siapa yang
mereka perjuangkan? Apakah rakyat mempercayai mereka hanya untuk melakukan
korupsi? Toh hasil korupsi yang mereka lakukan tidak dipergunakan untuk
kesejahteraan rakyat. Kasus-kasus korupsi yang melibatkan anggota DPR itu,
semakin menegaskan kita bahwa orang-orang yang kita percayai makin tidak
amanah. Kita mengharapkan kepada pimpinan parpol untuk menindak tegas anggota
partainya, yang sudah mengkhianati kepercayaan rakyat.
Teror bom mungkin
dapat menimbulkan rasa cemas dan kuatir terhadap masyarakat. Hukuman kepada
teroris selama ini, sudah benar-benar tegas dan luar biasa. Bahkan sampai
hukuman mati. Kelompok yang dianggap teroris dan masih aktif, terus dikejar. Tindakan
tegas terhadap kasus teroris, identik dengan yang dilakukan terhadap kasus
narkoba. Sedangkan aksi korupsi yang jelas-jelas telah menyengsarakan rakyat,
terkesan belum ditindak dengan tegas. Toleransi hukum kepada tersangka korupsi,
masih tinggi. Vonis terhadap para pelaku, relatif masih ringan. Akibatnya,
hukuman yang telah diterima oleh para koruptor sekarang ini, tidak membawa efek
jera bagi yang lainnya, bahkan terus memunculkan koruptor-koruptor baru.
Koruptor yang sudah tertangkap maupun yang masih berkeliaran. Korupsi telah menjadi
“bom” bagi kesejahteraan dan kemakmuran rakyat. Kesejahteraan dan kemakmuran
rakyat itu dirampas oleh segelintir orang.
Sebagai salah satu
contoh pemimpin masa kini yang anti korupsi dan dapat memberikan pembelajaran
bagi kita, adalah Kanselir Jerman, Angela Merkel. Merkel dikenal sebagai sosok
yang sederhana. Ia menolak untuk tinggal di rumah dinasnya dan lebih memilih
tinggal di rumahnya sendiri yang sederhana. Kesederhanaannya tampak dari
caranya berpakaian. Orang nomor satu di Jerman itu, tidak malu menggunakan pakaian
yang sama selama 18 tahun! Biasanya, pemimpin dunia atau seperti halnya
selebriti, menghindari menggunakan pakaian yang sama lebih dari sekali. Sebelum
menjadi kanselir Merkel sudah menjadi menteri di kabinet kanselir sebelumnya
Helmut Kohl. Sebagai tokoh dunia, gaya
berpakaian kerap menjadi sorotan media. Namun Merkel selama ini dikenal cuek.
Bahkan dia menolak menggunakan anggaran negara untuk membeli pakaian. Merkel
lebih mengutamakan anggaran negara digunakan untuk pembangunan Jerman.
Jadi, mana yang lebih
berbahaya dan menakutkan, aksi bom teroris
atau aksi “bom” tersangka korupsi...??
Populer
-
JAKARTA-Pendiri sekaligus Ketua Umum Museum Rekor Indonesia (Muri) Jaya Suprana memberikan penghargaan kepada MPR karena dinilai be...
-
JAKARTA-Anak Presiden pertama Indonesia Soekarno, Rachmawati Soekarnoputri menyatakan, kasus dugaan penghinaan terhadap lambang ne...
-
USAI sudah teka-teki semifinal liga paling bergengsi di benua biru, setelah empat tim terbaik memastikan diri dengan menyingkirkan lawan...
-
*) Nanang Rustandi BEGITU berseliweran berbagai informasi dan berita di era Jaman Now. Semua harus disortir mana yang benar-benar infor...
-
CELTIC FC sempat membuat Skotlandia bangga lantaran mampu meraih trofi Liga Champions musim 1966-67. Tapi, pada Selasa (12/7) atau R...
-
24 Tewas Lainnya Tewas PIHAK militer Filipina terus menekan Kelompok Abu Sayyaf yang berada di Pulau Basilan. Menuruty lansiran s...
-
Kantor Pos memberikan salah satu pemenang hadiah sepeda gunung. CIANJUR – Sebagai bentuk apresiasi kepada pelanggan pos, khususnya ma...
-
RUSAK: Satu buah kursi papan disimpan tepat di atas badan Jalan Hanjawar-Pacet yang berlubang sebagai bentuk peringatan terhadap para pen...
Tidak ada komentar: