 |
Ismat Nasrulloh
Ketua II PC PMII Cianjur |
Kita tahu indonesia negara demokrasi, setiap tahun selalu ada kontestasi, setiap calon pemimpin selalu menyodorkan solusi bak pahlawan yang akan menyelamatkan rakyat dalam kondisi sulit yang tak berhenti. Visi perubahan, pembaharuan, pencerahan, perdamaian, persatuan seakan menajdi nyanyian lama yang tak pernah berhenti.
Pendirian negara adalah cita-cita mutlak bagi bangsa yang ingin merdeka termasuk indonesia. Para pendiri bangsa yang jelas ingin mempersatukan kekuatan bangsa untuk merdeka membuktikan kemampuannya dalam pergerakan dan perjuangannya, termasuk merumuskan kedaulatan negara atas nama rakyat diatas segalagalanya.
Akhirnya berdirilah sebuah negara yang berdaulat dan bersatu dalam perbedaan. Bagi kita bukan hal yang mungkin pada zaman itu mempersatukan kekuatan bangsa dengan kondisi nusantara bukan negara daratan luas melainkan negara kepulauan yang terpisah, dengan saran komunikasi yang terbatas. Tetapi jarak bukan halangan untuk berkomunikasi tanpa media, melainkan melalui kata yang tersampaikan langsung ke telinga. Bukan kabar burung yang disampaikan melainkan berita gembira atau berita duka dalam perjuangan dalam setiap langkah pergerakan rakyat.
Kondisi yang dilalui pada jaman lampau adalah realita yang tak bisa dielakan penuh pergerakan dan perjuangan untuk merebut kedaulatan bangsa untuk kemerdekaan rakyat.
Kejelasan pasti para pejuang kita yang dilakukan dahulu, kontras dengan perdaban melenial yang penuh drama, diaman para pemimpin, politisi, pejabat, memainkan peran bak sinetron percintaan, bak filem super hero dimana akan ada para penyelamat bumi pertiwi dengan aktor-aktor dan sutradara, semua berperan memainkan sandiwara.
Nyata-nyata rakyat menderita, terpecah belah akibat ulah kepentingan yang tak terarah. Sesekali awam bertanya, masihkah perlu dengan pemimpin yang setiap tahun harus kita tentukan, jika arah perubahan ekonomi, sosial, politik semakin tak terarah.
Stigma kotor anggapan masyarakat jelata mungkin sesekali terdengar, namun hanya nyanyian bahkan dijadikan barang dagangan untuk merebut kemenangan, itukah keadilan.
Setidaknya pegangan hidup dan prinsip bernegara harusnya menjadi azas yang mampu diamalkan dalam setiap sendi kehidupan. Yah, Pancasila dengan amalan yang kafah yang dilakukan bejabat dan rakyat. Kesadaran itulah yang harus ditanamkan oleh setiap warga negara yang mencerminkan bangsa yang merdeka berdaulat.
Tidak ada komentar: