Diskusi Pra Sarjana Bahas Furu’iyah




CIPANAS- Keutamaan menjaga NKRI dan peran ormas Islam dalam menjaga keutuhan bangsa merupakan salah satu materi kegiatan Pesantren Pra Sarjana STAIS Al-Azhari, Jumat (15/04), bertempat di Wisma Sinar Kasih Pacet.

Menghadirkan pembicara dari DPP Muhamadiyah, DPP Persis dan NU, mereka masing-masing membeberkan soal perbedaan pendapat atau furu’iyah dalam tata cara peribadatan. Menurut mereka perbedaan pendapat adalah hak masing-masing ormas yang sama-sekali tidak menyimpang dari akidah Islam.
“Terkadang pendapat antar ormas berbeda seperti menentukan awal puasa dan Idul fitri, melakukan atau tidak melakukan ibadah yang termasuk sunnah, semuanya itu dapat dipertanggung jawabkan berdasarkan mazhab fiqih masing-masing,” kata PLT Ketua STAIS Al-Azhari Cianjur Imang Winata.
Menurutnya, generasi muda harus dapat saling menghormati atas keyakinan masing-masing umat Islam, selama tidak menyimpang dari akidah, umat Islam harus mampu menjaga kebesaran Islam dan keutuhan NKRI.
Ketua BEM STAIS Al-Azhary Abdullah Baehaki menuturkan, tak seharusnya para aktivis ormas  mengetengahkan ego-nya masing-masing sehingga berdampak mendiskreditkan pihak lain.  Menurutnya, masalah itu timbul karena adanya egosentris yang menganggap dirinya paling benar serta menyalahkan orang lain.
“Perbedaan itu adalah hikmah yang harus menjadi ajang silaturahmi, bukan menjadi perseteruan dikalangan umat Islam,” tuturnya..
Dijelaskannya, jika umat Islam selalu berputar-putar memperdebatkan soal furu’iyah, maka akan sulit maju, malah selalu ketinggalan pemikirannya oleh orang-orang non Islam. “Orang lain sudah mendarat di bulan, kita masih memperdebatkan datangnya bulan menjelang puasa,” jelasnya.
Abdulah mengajak kepada mahasiswa agar berpikir kritis dari perilaku egosentris yang akan membuat perpecahan dikalangan umat Islam. Padahal tantangan umat Islam sekarang ini semakin besar baik berupa hantaman kemaksiatan maupun pemurtadan.
“Sebaiknya kita bersatu untuk melawan musuh Islam yaitu kemaksiatan dan perilaku pemurtadan, tanpa harus memperuncing soal perbedaan ubudiyah,” katanya.
Panitia Penyelenggara Diskusi Deden Rohandi menambahkan, diskusi merupakan salah satu bagian dari mata acara Pesantren Pra Sarjana STAIS Al-Azhary, dengan mendatangkan pembicara dari tiga ormas Islam. Tujuannya agar mahasiswa mengerti tentang persoalan umat Islam yang selalu terjadi sepanjang zaman.
“Diskusi diikuti 81 orang, mereka akan digodok selama dua hari, sejak subuh hingga malam hari,” terangnya.(ras)


Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top