Radar Cianjur »
Berita Utama
»
Pernikahan Dini Masih Marak Bisa Memengaruhi Produktivitas Nasional
Pernikahan Dini Masih Marak Bisa Memengaruhi Produktivitas Nasional
Posted by Radar Cianjur on Jumat, 22 Juli 2016 |
Berita Utama
JAKARTA - Praktik pernikahan dini di Indonesia tetap marak di kalangan masyarakat. Masih banyak perempuan dalam kelompok usia 18 tahun ke bawah yang memulai kehidupan rumah tangga lebih awal. Sayangnya, hal tersebut sering kali memutuskan peluang karir mereka dan menghambat potensi ekonomi Indonesia.
Deputi Bidang Statistik Sosial Badan Pusat Statistik (BPS) Sairi Hasbullah mengatakan, pihaknya telah melakukan survei yang melibatkan perempuan usia 20-24 tahun di Indonesia pada 2015. Berdasar data itu, 23 persen perempuan kelompok usia tersebut menikah sebelum usia 18 tahun.
Dalam kasus itu, rasio penduduk desa yang menjadi istri di usia muda memang lebih banyak. Yakni, 27,11 persen dari total peserta survei. Sementara itu, rasio perempuan menikah usia anak di perkotaan mencapai 17,09 persen. "Indikasinya hampir terjadi di seluruh Indonesia," kata Sairi di Hotel Sari Pan Pacific, Jakarta, kemarin (20/7).
Ada lima provinsi dengan rasio pernikahan dini di atas 30 persen. Yakni, Sulawesi dengan rasio 34 persen; Kalimantan Selatan 33,68 persen; Kalimantan Tengah 33,56 persen; Kalimantan Barat 32,21 persen; dan Sulawesi Tengah 31,91 persen. "Ini berarti satu di antara tiga perempuan di provinsi-provinsi tersebut menikah di bawah umur," ujarnya.
Dampak praktik menikah usia dini, lanjut dia, adalah perempuan yang cenderung memiliki pendidikan rendah. Dari survei tahun lalu, hanya 9 persen perempuan yang menikah muda bisa lulus SMA.
Deputi Bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat, dan Kebudayaan Bappenas Subandi Sardjoko menjelaskan, tren pernikahan dini sudah menurun pada lima tahun terakhir. Hal itu dibuktikan dengan rasio pernikahan dini perempuan Indonesia pada 2008 yang mencapai 27,4 persen. "Kalau menurut Unicef, angka ini masih tinggi sekali, seharusnya sampai zero atau nol," jelasnya.
Dia menambahkan, fakta tersebut sebenarnya punya dampak secara tak langsung terhadap ekonomi. Sebab, Indonesia jadi kehilangan potensi tenaga kerja yang produktif. Hal itu secara tak langsung membuat daya saing usaha Indonesia menjadi lebih rendah. "Apalagi, perkawinan usia anak yang terjadi di pedesaan. Ekonomi desa jadi tambah lambat dan negara rugi karena tidak produktif." (bil/c7/agm)
Populer
-
*) Nanang Rustandi BEGITU berseliweran berbagai informasi dan berita di era Jaman Now. Semua harus disortir mana yang benar-benar infor...
-
Neng Eem ingatkan masyarakat pentingnya empat pilar MPR RI CIANJUR- Anggota DPR RI, yang juga anggota MPR RI Neng Eem Marhamah Zulfa H...
-
ELEGAN : Sales Counter Dealer Honda Mulia Cianjur, Hera Yulianti memperlihatkan mobil All New Civic. NANDANG/RADAR CIANJUR CIA...
-
INDERALAYA- Plt Bupati Ogan Ilir, HM Ilyas Panji Alam mengingatkan kepada seluruh komponen masyarakat, terutama yang akan menggela...
-
WARUNGKONDANG – Kepala Kepolisian Sektor (Kapolsek) Warungkondang, Kompol Robi Yanuar Sotjipto SH, bertindak sebagai Pembina Upacara Bend...
-
Ketua PCNU Cianjur saat membimbing Mr Suzuki membaca dua kalimat syahadat di Jepang. TOKYO-Kesempatan langka didapat Ketua PCNU Kabupa...
-
Ketua PCNU Cianjur KH M Choirul Anam MZD memberikan taushiyah di Nishi Tokyo Jepang, Jumat (12/10). TOKYO-Pembacaan sholawat, tahli...
-
CIANJUR – Para masyarakat Lozi Jalan Slamet Riyadi Kelurahan Pamoyanan, Kecamatan Cianjur, melakukan kerja bakti karena kesal dengan...
Tidak ada komentar: