Kerja Keras Dayu, Penderita Lumpuh Dua Kaki di Naringgul


**Sembilan Tahun Menderita, Anak jadi Tulang Punggung  
FOTO: MAMAT MULYADI/ RADAR CIANJUR
TULANG PUNGGUNG: Saeful Anwar, anak dari Dayu kini harus mencari uang setiap hari sebelum berangkat ke sekolah.

BEGITU berat perjalanan kehidupan keluarga Dayu (38), warga Kampung Cicukang RT 03/10, Desa Naringgul, Kecamatan Naringgul, Cianjur Selatan yang menderita lumpuh pada kedua kakinya.

Laporan : MAMAT MULYADI, Naringgul

DAYU menderita lumpuh berkepanjangan akibat jatuh dari pohon aren sembilan tahun lalu. Hingga saat ini, ia hanya bisa terbaring lemas. Kondisi itulah yang membuat Dayu tak bisa menafkahi keluarga dan akhirnya istrinya pun minta cerai dan meniggalkan dirinya serta anak satu-satunya, Saeful Anwar (11).

Saeful masih duduk di tingkat Sekolah Dasar (SD) dan sudah menjadi tulangpunggung keluarga. Diakui Dayu, anak saya masih sekolah kelas V tingkat SD. Dayu bercerita, tahun 2007 jatuh dari pohon aren sewaktu mengambil air nira dari pohon kawung untuk dijadikan gula aren.

Sebenarnya sudah berobat kemana-mana, tapi tetap masih tak bisa jalan. Ia mengaku, berdasarkan keterangan dokter, ia harus dioperasi karena ada urat saraf bagian punggung yang patah dan terjepit.

"Namun, sudah tak punya biaya lagi untuk berobat memeriksa kondisi fisik ini," paparnya kepada wartawan ini. Dayu melanjutkan, rumahnya kini hanya beralas bilik dan nyaris ambruk. Itupun sudah terpaksa habis dijual untuk keperluan ongkos dan berobat penyakit serta biaya anak sekolah.

Kini Saeful hanya memiliki kerja serabutan, kadang kuli pikul buah cengkaleng dan lainnya. Kalau mau berangkat sekolah mengambil dari bandar buah cangkaleng belum ditumpuk lalu setelah pulang sekolah kembali mengantarkan buah cangkaleng..

"Bayarnya sekilo sekitar Rp 10 ribu, kadang dapat atau nerima Rp 15 ribu. Ya, kalau itung-itungan mah, cukup tak cukup lah kang. Harapan saya, tentu ingin sembuh kembali bisa membiayai anak, dan keluarga tak seperti kondisi saat ini," tambah Dayu dengan nada sedih dan meneteskan air mata.

Hal lain dituturkan, Talim (45) salah satu bandar cangkaleng (kulang-kaling) membenarkan. Saeful suka kerja dirumahnya sebelum berangkat sekolah. Nah, setelah pulang sekolah baru nganterin pendistribusian (pemasaran) sudah ditumpuk. "Harganya lumayan juga sih Ya, satu kilogram membayar sekitar Rp 10 ribu hingga Rp 15 ribu per kilogram," ucapnya.

Di lain pihak, Kepala Sekolah (Kepsek) SDN Mulyasari, Waluyo menimpalkan sekaligus membenarkan. Saeful tergolong salah satu siswa baik dan cerdas. Bahkan nilai di sekolah rata-rata stabil ranking satu atau dua. Pihaknya sudah mengajukan dan mengusulkan BSM (Bantuan Siswa Miskin) tapi belum keluar juga.

"Padahal saya tahu sendiri Saeful tergolong keluarga miskin apalagi setelah bapaknya mengalami kecelakan jatuh dari pohon aren. Harapan kami, mudah-mudahan keluarganya mendapatkan bantuan baik BSM dan lainnya," tungkas Kepsek.(**)  


Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top