Radar Cianjur »
Berita Utama
»
10 Ribu Santri Turun ke Jalan Tolak FDS
10 Ribu Santri Turun ke Jalan Tolak FDS
Posted by Radar Cianjur on Selasa, 29 Agustus 2017 |
Berita Utama
SEMANGAT: Ribuan santri di Kabupaten Cianjur dengan penuh semangat mengikuti aksi bela diniyah.
|
Mereka menolak tegas Permendikbud tentang full day school yang akan diterapkan pada pendidikan formal.
Dalam aksi yang dimulai sekitar pukul 08.00 WIB itu, ribuan santri yang juga siswa diniyah berkumpul dan mulai berjalan dari Kantor Kemenag Cianjur hingga halaman Parkir Citi Mall Cianjur.
Antusias para santri serta siswa diniyah pun bersemngat sambil teriakan yel-yel tolak aksi full day school oleh peserta aksi tersebut.
Ketua panitia aksi, sekaligus Ketua Komisioner Komite Cianjur Agamis, Abdul Wahid Alqudsi mengatakan, aksi ini diikuti lebih dari 10 ribu masa se Kabupaten Cianjur. Mulai dari wilayah ujung Cianjur yakni dari wilayah Kecamatan Cidaun Cianjur, Sindangbarang, Naringgul, serta wilayah lainnya di Kabupaten Cianjur yang mengikuti aksi sekarang ini.
“Para peserta aksi mulai malam hari sudah berkumpul, karena mereka dalam satu visi, yakni menolak pemberlakuan secara paksa program full day school di sekolah-sekolah negri yang sudah dicanangkan oleh menteri pendiidkan dan kebudayaan,” ujarnya.
Dengan tergelarnya aksi tersebut, pihaknya berharap kegiatan full day school tidak jadi diterapkan.
“Kami mengharapkan adanya sinergi kerjasama, agar guru-guru yang ada di dinas, guru PAI atau guru PNS serta yang lainnya yang ada di sekolah-sekolah formal, untuk sinergi bekerjasama dengan pendidikan diniyah," ujarnya.
Menurut ustad muda ini, solusi untuk full day school yaitu, sekolah tetap dimulai dari pagi, tetap normal seperti biasanya dan pulang pukul 12.30, dan dilanjutkan jam selanjutnya atau pukul 2.00 nya masuk diniyah, dan itu anggap saja sebagai full day school, atau jam lanjutan dari jam sekolah, sorenya pun demikian.
"Jadi guru-guru siangnya bisa mengajar di diniyah atau SD nya menjadi diniyah, menjadi taman pendidikan Alquran, atau ikut mengabsen di pesantren, jadi ada sinergis kerjasama baik sesama guru di sekolah formal maupun sekolah non formal,” jelasnya.
Menurutnya, jika program full day school ini tetap dipaksakan, merupakan suatu ancaman, maka menurutnya diniyah dan pesntren akan bubar.
Wahid menegaskan, dirinya beserta masa tidak menolak dalam hal pendidikan, namun mengharap semua tahu bahwa siang hari ada madrsah diniyah dan pendidikan Alquran, begitupun sore hari ada pesantren.
"Sehingga kalau anak-anak di sekolah-sekolah negri, baik itu SD, SMP, SMA, MI, MTs dan MA , jika dipaksa harus full day sampai sore, maka kemungkinan diniyah akan bubar, begitupun dimungkinan pesantren juga bakal banyak yang berkurang santrinya bahkan mungkin ada yang bubar,” tegasnya.
Dijelaskannya, usia diniyah di Cianjur sudah mencapai ratusan tahun, dimana jumlah diniyah di Cianjur berjumlah 2.670, sedangkan pesantren berjumlah 1.247. Sehingga kalau dipaksakan khususnya di Cianjur ini, jelas akan mengancam.
“Kebutuan khusus di Cianjur sendiri sudah ada perda nomor 18 tahun 2015, dimana perda tersebut melindungi diniyah. Sehingga aksi ini pun selaras dengan perda itu. kami tidak mengancam, hanya kami mengharapkan kerjasama penyelenggra formal dengan non formal, jika anak-anak hanya belajar terus, ngajinya kapan?. Karena mereka pun perlu ngaji, perlu refresh, jadi pada intinya tuntutan kita, sekali lagi tolong perhatikan diniyah,” pintanya.
Sementara itu, salah satu guru diniyah As-Syifa, Herlinda (39) mengakui, pihaknya sangat tidak menyetujui adanya program full day school. “Jelas saya sangat menolak dan tidak setuju adanya program full day school, karena jika full day school diteraapkan, maka waktu anak-anak untuk belajar mengaji atau menunut agama tidak ada, sehingga akan melemahkan generasi penerus dalam segi pengethauan agama,” ujarnya.
Senada diucapkan guru diniyah lainnya, Muslim (43) salah satu guru diniyah Torikul Huda mengakui tidak setuju adanya program full day school. “Dengan adanya program full day school otomatis kegiatan diniyah akan lebih sempit, sehingga waktu untuk menuntut agama akan tergerus, dengan begitu anak-anak pun akan berkurang dalam pembelajaran agamanya. Maka dari itu kami sangat meolak keras adanya program full day school,” pungkasnya.(ndk)
Populer
-
INDERALAYA- Plt Bupati Ogan Ilir, HM Ilyas Panji Alam mengingatkan kepada seluruh komponen masyarakat, terutama yang akan menggela...
-
*) Nanang Rustandi BEGITU berseliweran berbagai informasi dan berita di era Jaman Now. Semua harus disortir mana yang benar-benar infor...
-
Neng Eem ingatkan masyarakat pentingnya empat pilar MPR RI CIANJUR- Anggota DPR RI, yang juga anggota MPR RI Neng Eem Marhamah Zulfa H...
-
ELEGAN : Sales Counter Dealer Honda Mulia Cianjur, Hera Yulianti memperlihatkan mobil All New Civic. NANDANG/RADAR CIANJUR CIA...
-
Neng Eem didampingi Kepala Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional VI Jakarta Hari Suko Setiono, tinjau evakuasi longsor, di Cianjur Selat...
-
WARUNGKONDANG – Kepala Kepolisian Sektor (Kapolsek) Warungkondang, Kompol Robi Yanuar Sotjipto SH, bertindak sebagai Pembina Upacara Bend...
-
Ketua PCNU Cianjur saat membimbing Mr Suzuki membaca dua kalimat syahadat di Jepang. TOKYO-Kesempatan langka didapat Ketua PCNU Kabupa...
-
Ketua PCNU Cianjur KH M Choirul Anam MZD memberikan taushiyah di Nishi Tokyo Jepang, Jumat (12/10). TOKYO-Pembacaan sholawat, tahli...
Tidak ada komentar: