Visi-misi Paslon tak Bertaring

CIANJUR-Institute of Social and Economic Development (Inside) Cianjur menyebut, ketiga pasangan calon bupati dan wakil bupati yang akan bertarung dalam Pilkada serentak 2015 Kabupaten Cianjur, dinilai tidak memiliki taring dan lebih mengutamakan egoisme kepentingan pribadi masing-masing paslon dibandingkan dengan kepentingan Cianjur lima tahun ke depan.
Hal itu terungkap dalam diskusi dan bedah visi-misi paslon bersama sejumlah LSM, ormas, aktivis dan awak media yang diadakan di kantor Inside Cianjur di Panembong, Selasa (1/9) siang kemarin.
“Maka jika diurai dan dibedah satu-per satu, bisa dilihat bahwa arah dari visi-misi masing-masing paslon lebih ke arah bagaimana caranya bisa memenangkan pilkada. Bukan untuk kebaikan Cianjur di masa yang akan datang. Ini yang keliru,” ucap Direktur Inside Cianjur, Yusep Somantri dalam diskusi tersebut, kemarin.
Namun, berdasarkan uraian visi-misi masing-masing paslon, pihaknya menemukan adanya kesamaan isu dan topik untuk diusung. Adapun kesamaan visi-misi tersebut ada pada pembangunan infrastruktur, sektor keagamaan, pendidikan dan kesehatan (mutu dan akseptabilitas) dan sektor pengembangan perekonomian.
Hal itu, jelas Yusep, menunjukkan bahwa keempat isu tersebut merupakan isu yang cukup populis dan diyakini bisa menarik serta mendongkrak perolehan suara dalam pilkada yang dihelat pada 9 Desember 2015 mendatang.
“Diakui atau tidak, keempat isu itu, di samping isu-isu populis lainnya, adalah hal yang dibutuhkan dan dituntut oleh masyarakat. Makanya ketiga paslon pun mengangkat ke empat isu tadi,” ujar dia.
Akan tetapi, Yusep cukup menyayangkan manakala tidak satupun paslon yang secara khusus memberikan perhatian lebih pada sektor pertanian. Padahal, isu dan persoalan pertanian adalah bagian tidak terpisahkan dari Cianjur sebagai salah satu lumbung padi.
Namun, diakui Yusep, isu pertanian memang bukan merupakan isu yang cukup populis di mata masyarakat Cianjur. Meski begitu, sektor pertanian sebenarnya diyakininya bisa menjadi sektor utama yang menopang jalannya Cianjur bahkan memberikan sumbangan penghasilan asli daerah (PAD) yang cukup besar dan menyangkut hidup orang banyak.
“Hanya paslon nomor urut 3 yang menyebut soal pertanian. Tapi saya tidak melihat itu memiliki kadar yang cukup mendalam dan terfokus. Padahal pertanian itu kan produk utama Cianjur,” jelas dia.
Bukan hanya itu, diskusi yang digelar cukup sederhana itu pun menyebut bahwa masing-masing paslon terkesan asal-asalan dalam menyusun visi-misinya. Kemudian, hal yang nampak adalah relevnasi visi-misi yang hanya menonjolkan sisi ke-bupati-annya saja. Sedangkan sisi wakil bupati sama sekali tidak dilihatnya ada.
“Yang perlu diingat, mereka ini kan pasangan. Seharusnya, baik sisi bupati dan wakil bupati harus seimbang dan proporsional. Ini semua yang menonjol sisi bupatinya saja. Itu dari semua paslon,” terang dia.
Karena itu, ia pun menyebut bahwa dalam penyusunan visi-misi tersebut, para paslon terindikasi hanya didasarkan atas kebutuhan sebagai salah satu syarat pencalonannya saja. Sedangkan esensi atas apa yang menjadi penyebab utama dan kebutuhan Cianjur agar bisa sejajar dengan daerah lainnya, tidak dicantumkan.
“Memang visi-misi semua paslon itu tidak ada yang buruk. Tapi pertanyaannya, apa sih yang sebenarnya dibutuhkan oleh Cianjur ini? Kalau infrastruktur, kesehatan, pendidikan dan lain-lainnya itu semua daerah juga butuh,” sebut dia.
Yusep menambahkan, dalam proses pesta demokrasi, visi-misi paslon memang menjadi salah satu hal yang harus ada dan haram untuk alpha. Hal ini bertujuan untuk memberikan gambaran kepada para pemilih berkenaan calon pemimpinnya.
Sehingga, semakin banyak sisi dari masing-masing paslon yang bisa dikenali oleh masyarakat, maka akan menjadi referensi dan catatan khusus yang pada akhirnya menjadi pertimbangan dalam pengambilan keputusan masyarakat untuk memberikan suara politiknya dengan sesadar-sadarnya.
“Kan demokrasi itu juga untuk mencerdaskan dan memberikan pelajaran berdemokrasi kepada masyarakat. Jadi, jalankan demokrasi ini dengan benar,” lanjut dia.
Lebih lanjut, Yusep menyebut, meski pada dasarnya visi-misi paslon adalah baik semua, tapi permasalahan sebenarnya adalah ketika salah satu paslon terpilih dan dinyatakan sebagai pemenangnya.
Kemudian, ketika paslon pemenang pilkada menduduki jabatan tersebut, dibutuhkan proses pengawalan dari seluruh masyarakat bahwa itu benar-benar dilaksanakan sebegaimana ketika disampaikan ke masyarakat ketika masa kampanye.
Hal itu, lanjut Yusep, dikarenakan visi-misi paslon berbeda sama sekali dengan yang namanya program dan janji-janji politik. Visi-misi tersebut nantinya bakal diselaraskan dengan RPJMD di atasnya di tingkat nasional dan provinsi serta wajib dilaksanakan.
“Kalau program dan janji-janji politik itu tidak ada jaminan mau direalisasikan atau tidak. Nah, sudah semestinya, visi-misi memiliki kedudukan yang lebih dibandingkan dengan program dan janji politik. Jangan dicampuraduk atau dibalik-balik karena itu nanti akan menjadi dokumen negara. Tapi kebanyakan, sayangnya, yang terjadi malah seperti itu. Selesai kampanye, terpilih, ya selesai juga yang lain-lainnya,” kecam dia.
Hal lain yang menjadi sorotan adalah dengan tidak dicantumkannya upaya dari masing-masing paslon yang bisa menjamin peningkatan penghasilan asli daerah (PAD). Pasalnya, PAD menjadi salah satu indikator utama untuk menilai tingkat pembangunan dan keberhasilan suatu daerah dalam kelola pemerintahan terhadap daerahnya.
“Masyarakat tidak butuh yang berbelit seperti itu. Masyarakat tahunya daerah berkembang dan maju serta kesejahteraan meningkat. Itu saja.” tutur dia.
Meski begitu, Yusep pun langsung mengunggah file visi-misi ketiga paslon tersebut ke internet. Harapannya, bisa diakses oleh siapapun dan dijadikan landasan untuk memilih calon pemimpinnya selama lima tahun ke depan.


Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top