Jejak Sepi Relokasi Pasar Induk Cianjur,Banyak Rantai Silaturahmi Terputus




CIANJUR – Pemindahan lokasi Pasar Induk Cianjur (PIC) dan Pasar Bojongmeron ke lokasi baru di Pasar Induk Pasirhayam, belum sepenuhnya terhapus jejaknya di kedua lokasi pasar lama, yang sekian dekade lamanya dikenal luas oleh seluruh masyarakat Cianjur, bahkan hingga beberapa keturunan menjadi andalan penghidupan.
Bukan tanpa manfaat adanya langkah Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Cianjur memindahkan lokasi Pasar Induk Cianjur (PIC) dan Pasar Bojongmeron ke Pasar Induk Pasirhayam. Dampak dari langkah relokasi tersebut terlihat nyata dengan menjadi sepinya jalur wilayah jalan raya, yang sebelumnya dipenuhi pedagang dan lalulintas, sehingga menyulitkan siapa saja yang lewat.
Hal serupa juga terlihat di jalur Jalan Siti Jenab yang membelah jarak Mesjid Agung Cianjur dengan kantor Pemkab, yang sebelumnya selalu menjadi kawasan langganan macet, kini berangsur lengang dan menjadi kawasan dengan arus lalulintas yang lancar.
Di luar manfaat-manfaat yang bisa dirasakan oleh banyak pengguna jalan di kedua jalur tersebut, terbetik beberapa kisah sedih mereka yang telah turun temurun menjadi generasi pedagang di pasar-pasar itu, salahsatunya kisah Mang Emul (67) yang selama puluhan tahun menghabiskan waktunya dengan berjualan di lokasi Pasar Bojongmeron. Kepindahan pasar ke lokasi baru membuatnya kebingungan untuk mencari penghidupan, karena tidak begitu banyak yang dikenalnya di lokasi baru.
“Ada beberapa orang lama, tapi tidak semua sama. Kebanyakan orang baru yang tidak dikenal, yang tidak tahu sama sekali seperti apa hubungan satu sama lain di tempat ini,” katanya kepada Radar Cianjur, saat ditemui tengah berjongkok di lokasi dagangnya yang lama, di bekas Pasar Bojongmeron.
Lain lagi kisah Zet (50), yang sejak muda sudah hafal betul seluk-beluk Pasar Bojongmeron. Ia terkaget-kaget ketika mengetahui lokasi permainannya sejak remaja itu kini menjadi kawasan yang lengang, dengan beberapa alat berat tengah bersiap meratakan permukaannya.
“Di lokasi yang baru, kalau saya harus kesana, walaupun mungkin bisa bertemu dengan kawan-kawan lama, tapi lokasi berjualan mereka saya tidak tahu. Semuanya pasti serba baru. Di Bojongmeron, mulai dari penjual sepatu hingga penjual kantong plastik saya kenal baik. Di Pasirhayam pasti saya akan bengong sendirian,” keluhnya sambil mengusap airmata.
Tak hanya satu atau dua cerita duka yang muncul dari pemindahan pasar ke lokasi yang baru, dan secara garis besar bahan keluhannya sama, yakni terputusnya tali silaturahmi yang telah terjalin sekian lama, ditularkan dari satu generasi ke generasi lainnya hingga ke masa sekarang, dan itu semua harus terputus ketika lokasi berjualan dipindah.
“Tempat yang baru bukan tidak bagus, tapi butuh waktu bagi semuanya untuk beradaptasi. Dan di tempat lama, akan jadi apapun itu nantinya, tersimpan catatan, tersimpan kenangan yang tidak akan mungkin bisa hilang begitu saja,” tambah Zet.

Susah dipungkiri, perubahan memang selalu akan menghasilkan konsekwensi, dan untuk meraih satu tujuan ke arah yang lebih baik, tak jarang harus ada bagian-bagian yang dikorbankan. Untuk bagian ini, sebagian besar warga Cianjur sangat berharap bahwa semua tujuan baik yang ingin diraih dari pemindahan pasar ini, bisa tercapai dan memberikan manfaat luas kepada banyak pihak, tanpa melupakan kisah-kisah lama di tempat lama, yang tidak hanya memiliki makna nostalgia. (**)


Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top