120 Rumah Retak-retak

RETAK: Bintara Pembina Desa (Babinsa) Karang Nunggal Cibeber, Serda U Supriatana tunjukan bagian rumah yang retak akibat pergerakan tanah.


CIANJUR-Sebanyak 120 rumah yang ditempati ratusan kepala keluarga (KK) di Desa Karangnunggal Kecamatan Cibeber, alami retak-retak dan rusak berat. Dugaan telah terjadi pergerakan tanah yang luar biasa di kawasan tersebut.

Meskipun tak menimbulkan korban jiwa, namun untuk menghindari hal-hal di luar dugaan sebagian kepala keluarga memilih untuk mengosongkan rumah dan tinggal sementara di rumah sanak keluarga mereka. Akibat kejadian tersebut kerugian ditaksir mencapai ratusan juta rupiah.

Bintara Pembina Deda (Babinsa) Karangnunggal Cibeber, Serda U.Supriatana membenarkan adanya pergerakan tanah di Kampung Munjul, Cihurip, Cikaredok dan Belendung semuanya masuk Desa Karangnunggal.

"Pergerakan tanah terjadi sejak, Sabtu 16 April lalu sekitar pukul 24.00 WIB, kemudian terjadi lagi pergerakan tanah susulan pada hari Rabu 20 April sekitar pukul 03.00 WIB dan terjadi lagi pergerakan tanah susulan pada hari Rabu 27 April lalu, akibatnya tembok rumah retak dan terjadi perubahan posisi rumah," ungkapnya.

Supriatna menjelaskan, pergerakan tanah itu dipicu oleh guyuran hujan deras setiap hari. Dia menduga, kontur perbukitan dan kondisi tanah yang labil membuat pergerakan tanah meluas. 

"Sampai Rabu (28/4) kemarin, hujan deras masih mengguyur Desa Karangnunggal. Warga pun khawatir dan memutuskan mengungsi ke tempat yang aman," terangnya.

Tercatat, sebagian warga masih bertahan di rumah mereka, terutama yang rumahnya tidak terlalu parah oleh pergerakan tanah. 

"Sewaktu retakan terjadi, terdengar bunyi kretak dari dalam tanah. Bunyi itu bersamaan dengan rumah-rumah yang rusak. Sementara rumah yang tidak rusak penghuninya masih bertahan, tapi mereka sudah diminta tetap waspada dengan kondisi sekitar," sebutnya.

Terpisah, Kepala Desa (Kades) Karangnunggal, Koko Komarudin menambahkan, pergerakan tanah tersebut disebabkan hujan terus menerus selama beberapa hari terakhir mengguyur desanya.
Terlebih, topografi wilayah pegunungan dan berbukit membuat daerah itu rawan terjadi pergerakan tanah. 

"Kalau longsor tidak ada, hanya retakan tanah yang menyebabkan jalan, sawah dan rumah rusak," ucapnya.(dil)


Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top