Radar Cianjur »
Cipanas
»
Ibarat Pepatah, Hidup Segan Mati tak Mau
Ibarat Pepatah, Hidup Segan Mati tak Mau
Posted by Radar Cianjur on Senin, 25 April 2016 |
Cipanas
SENU SUNDA: Salah seorang dalang wayang golek asal Desa Pakuon, Kecamatan Sukaresmi, memperlihatkan salah satu wayang miliknya. Mengunjungi Tempat Seni Sunda di Desa Pakuon |
Bagi sebagian pemuda masa kini khususnya di perkotaan besar, rasanya kuno kalau masih bergelut dengan kesenian tradisional seperti wayang golek. Namun tidak bagi pemuda dan sebagian warga Desa Pakuon, Kecamatan Sukaresmi, yang masih semangat mempertahankan budaya Sunda wayang golek.
LAPORAN: FARHAAN M RIDWAN
Bagi sebagian kawula muda dan orang tua di Desa Pakuon, kesenian Sunda seperti wayang golek tidak bisa dipisahkan. Menurut mereka kesenian wayang golek merupakan warisan leluhur yang harus tetap dijaga dan dilestarikan.
Sudah turun temurun warga Desa Pakuon memainkan alat musik Sunda, mengenal pewayangan dan juga paguron silat. Meskipun perkembangan zaman begitu pesat, namun nilai seni leluhur itu tak lekang dari ingatan mereka.
"Kami warga Desa Pakuon sudah turun temurun mengenal seni Sunda, bahkan hingga kini sudah memiliki beberapa paguron silat hingga berbagai sanggar seni. Anak kecil pun banyak yang kami ajarkan, agar kelak mereka bisa mencintai kebudayaan Sunda," terang Kaur Ekbang Desa Pakuon Dedi Ambari.
Dengan potensi ini, Desa Pakuon merencanakan akan menjadikan Desa Pakuon sebagai Desa Wisata, sehingga para wisatawan yang gemar dan mencintai kesenian Sunda bisa datang ke Desa Pakuon.
"Berbagai pementasan pun sempat digelar, dan diharapkan bisa menghidupi warga," harap Dedi.
Ojel Balebat (48) salah seorang dalang mengaku, tidak sedikit grup wayang golek yang bubar akibat berbagai faktor. Namun saya bersama Paguyuban Seni Wayang Golek Giri Sentar Pakuan terus berusaha bertahan.
"Sebagian besar grup sandiwara dan wayang golek telah mati suri. Ibarat pepatah hidup segan mati pun tak mau, “ ujarnya.
Lelaki paruh baya itu kini hanya bisa berharap dukungan dari pemerintah agar paguyuban pementasannya bisa tetap bertahan. “Walau alat tak ada kami tetap bertahan, apalagi jika ada alat kami pasti lebih termotivasi untuk melestarikan seni Sunda,” tukasnya.(*)
Populer
-
CELTIC FC sempat membuat Skotlandia bangga lantaran mampu meraih trofi Liga Champions musim 1966-67. Tapi, pada Selasa (12/7) atau R...
-
CIANJUR–Bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertalite resmi beredar di Cianjur. SPBU 34-43215 di Jalan Abdullah bin Nuh sudah menyediakan temp...
-
CIANJUR– Ketua Umum Pusat Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Komunitas Pengawas Korupsi (KPK), Muhammad Firdaus pada Selasa (19/7) kemarin me...
-
ANGGOTA MPR RI H Ecky Awal Mucharam Sosialisasikan 4 Pilar Kepada Guru PKn SMP. ANGGOTA MPR RI H Ecky Awal Mucharam sosialisasi 4 Pi...
-
Vincent Janssen TOTTENHAM Hotspurs mengumumkan secara resmi kedatangan striker asal Belanda, Vincent Janssen, dari AZ Alkmaar deng...
-
RUSAK: Satu buah kursi papan disimpan tepat di atas badan Jalan Hanjawar-Pacet yang berlubang sebagai bentuk peringatan terhadap para pen...
-
CIANJUR- Ketua Komisi IV DPRD Cianjur Dadang Sutarmo didampingi Ence Deni Nuryadi menyambangi sekolah Juhdi (13), SDN Sindanglaya, Desa Si...
-
KURANG dari satu pekan pesta sepakbola terbesar di benua Eropa atau yang dikenal dengan Euro 2016 akan dimulai. Turnamen ...
Tidak ada komentar: